Day 3 : Fukushima! (From Kura to Onsen)

Sama kayak hari-hari sebelumnya, setelah sarapan kami semua check out dari Ark Hotel Sendai dan melanjutkan perjalanan ke Fukushima tepatnya ke kota Kitakata. Nah Kitakata sendiri merupakan kota yang terkenal sebagai kota pergudangan karena emang banyak banget bangunan yang disebut “kura” alias gudang yang tersebar dimana-mana dan sudah dibangun dan dikembangkan sejak Zaman Edo. Jumlah bangunan kura yang tersebar kurang lebih ada 4200 bangunan dan semuanya dirawat dengan baik sama pemerintah dan masyarakat setempat, makanya salut banget TOP deh!

 (memasuki Kitakata disambut dengan pemandangan puncak gunung yang masih bersalju)

Pada zaman dulu kura dibangun untuk menyimpan hasil-hasil pertanian. Karena sudah ada sejak zaman edo akhirnya oleh pemerintah prefecture (provinsi) menetapkan bangunan-bangunan kura yang ada ini sebagai peninggalan sejarah yang sangat penting.


 (salah satu bangunan Kura yang menjadi pusat edukasi, warna hitam pada dinding menunjukan bahwa pemilik terdahulunya adalah bangsawan atau orang berada)

Sebelum akhirnya turun ke lokasi untuk ngeliat bentuk kura secara langsung, kami menghadiri semacam kuliah atau pemaparan tentang kota Kitakata yang udah aku ceritain juga disini. Yang jelas pemerintah tata kotanya sendiri emang keren banget, masyarakatnya juga ngedukung penuh proyek-proyek yang dikerjakan sama pemerintah karena emang sistemnya transparan banget dan mereka (pemerintah bersama masyarakat) punya tujuan yang sama: pengen kotanya jadi bagus dan menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Makanya, untuk kesekian kalinya salut banget nget nget nget!!

 (mendengarkan pemaparan dari volunteer tentang sejarah Kura)


 (suasana di dalam Kura)




 (beberapa barang yang di display di dalam kura, jadi kayak museum gitu deh) 

  (ruang pertemuan dengan lantai tatami, keren yah?)

 (taman di depan ruang pertemuan di atas)

Selesai keliling-keliling ngeliat kura yang kece-kece, acara selajutnya adalah Observasi Shidarezakura (salah satu jenis bunga sakura yang ada dari sekian banyak jenis).  Btw, tema untuk promosi kota Kitakata  sendiri adalah “bunga”, makanya nggak heran banyak banget bunga diseluruh penjuru kota Kitakata, hampir semua rumah deh pasti nanem bunga-bungaan. Pertama kalinya liat bunga tulip juga di sini. Nah, tempat yang kami kunjungi dalam observasi ini adalah bekas jalur kereta Nicchu Line yang sudah berhenti beroperasi sejak tahun 1983 yang panjangnya sejauh 3 km dan sudah dimanfaatkan sebagai cycling road  dengan 1000 pohon sakura yang ada disepanjang ruas jalannya. Waktu kesini banyak banget pengunjung lokal yang bawa-bawa kamera dan mengabadikan momen. Nggak heran sih emang cantik banget tempatnya.



 




 (Bunga Tulip!)

Penduduk kota Kitakata punya misi untuk mematahkan perspektif bahwa kota mereka tidak aman, dalam artian kalo kita liat lagi ke belakang tentang tragedi bocornya Nuklir di Fukushimah akibat gempa hebat di tahun 2011. Padahal Kitakata merupakan penghasil Asparagus terbesar di Jepang dan karena tragedi tersebut mereka agak susah untuk mendistribusikan hasil pertanian mereka. Melalui program ini dan juga program yang mereka miliki yaitu “Green Tourism” mereka ingin menghidupkan kembali kepercayaan yang sempat hilang sebelumnya. I think this is a very good method to find attention again from people.


Kegiatan hari itu diakhiri dengan chcek in di Yamagataya Hotel, sebuah hotel tradisional Jepang yang menyuguhkan onsen sebagai salah satu pelayannya. FYI, Kitakata terkenal dengan 4 hal yaitu: Asparagus, Ramen, Sake dan Hot Springs. Berhubung lagi di Jepang dan nggak tau bakal baliknya kapan, jadi kudu nyobain onsen (baca: onseng). Beberapa temen ada yang nggak kepengen tapi banyak juga yang nyoba (termasuk saya haha). Onsen merupakan tempat pemandian air panas yang sangat populer dan melekat di budaya orang Jepang sejak zama dulu kala. Di hotel Yamagataya, pemandian air panas pria dan wanita dipisah dengan perbedaan warna kain pada pintu masuk. Untuk pria, di depan onsen nya ada kain yang berwarna biru sedangkan untuk wanita berwarna merah. Setiap 4 jam sekali onsen pria dan wanita dituker dengan alasan yang simple banget: biar nggak bosen sama suasana yang itu-itu aja katanya hmmmm.

Tata cara untuk menikmati onsen ini juga cukup unik dan agak tabu untuk orang asia dengan kultur timur kayak kita, dan mungkin menjadi salah satu alasan kenapa banyak temen yang males nyobain: ketika masuk kedalam onsen kita tidak boleh memakai selembar kainpun. Gitu. Jadi pas masuk ke area onsen pasti sebelumnya bakal ada tempat ganti yang terbuka, nggak ada bilik2 gitu buat ganti jadi ya main buka2 aja terus masuk ke dalam area onsennya pake handuk gitu. Sebelum nyebur ke hot spring kita kudu bilas badan dulu bersih-bersih di pinggiran onsen (udah disediain tempat untuk mandi lengkap dengan shower, sabun, shampoo, dan perlengkapan untuk mandi yang akunya main pake-pake aja hehe) habis itu baru deh boleh nyebur. Wih, rasanya asik banget. Tidur malem jadi pules. Fresh deh pokoknya.

Banyak pertanyaan kenapa kudu ngelepas semua pakaian waktu berendam di onsen dan harus ngebilas badan dulu sebelum nyebur, simpel sih alasannya: sebelum nyebur emang harus bilas badan dulu karena mereka nggak pengen hot springnya kotor berhubung yang make’kan banyak.

Jadi hari ke tiga di Jepang ditutup dengan pengalaman ber-onsen ria hehehehe :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan : Merayakan Kelulusan

The First Country: Travel Around The World (Part 1)

Day 2 : From Tokyo To Sendai