Day 3 : Fukushima! (From Kura to Onsen)
Sama kayak hari-hari sebelumnya, setelah sarapan kami semua
check out dari Ark Hotel Sendai dan melanjutkan perjalanan ke Fukushima
tepatnya ke kota Kitakata. Nah Kitakata sendiri merupakan kota yang terkenal
sebagai kota pergudangan karena emang banyak banget bangunan yang disebut
“kura” alias gudang yang tersebar dimana-mana dan sudah dibangun dan
dikembangkan sejak Zaman Edo. Jumlah bangunan kura yang tersebar kurang lebih
ada 4200 bangunan dan semuanya dirawat dengan baik sama pemerintah dan masyarakat setempat,
makanya salut banget TOP deh!
Selesai keliling-keliling ngeliat kura yang kece-kece, acara
selajutnya adalah Observasi Shidarezakura (salah satu jenis bunga sakura yang
ada dari sekian banyak jenis). Btw, tema
untuk promosi kota Kitakata sendiri
adalah “bunga”, makanya nggak heran banyak banget bunga diseluruh penjuru kota Kitakata,
hampir semua rumah deh pasti nanem bunga-bungaan. Pertama kalinya liat bunga
tulip juga di sini. Nah, tempat yang kami kunjungi dalam observasi ini adalah
bekas jalur kereta Nicchu Line yang sudah berhenti beroperasi sejak tahun 1983
yang panjangnya sejauh 3 km dan sudah dimanfaatkan sebagai cycling road dengan 1000 pohon sakura yang ada disepanjang
ruas jalannya. Waktu kesini banyak banget pengunjung lokal yang bawa-bawa
kamera dan mengabadikan momen. Nggak heran sih emang cantik banget tempatnya.
(memasuki Kitakata disambut dengan pemandangan puncak gunung yang masih bersalju)
Pada zaman dulu kura dibangun untuk menyimpan hasil-hasil
pertanian. Karena sudah ada sejak zaman edo akhirnya oleh pemerintah prefecture
(provinsi) menetapkan bangunan-bangunan kura yang ada ini sebagai peninggalan
sejarah yang sangat penting.
(salah satu bangunan Kura yang menjadi pusat edukasi, warna hitam pada dinding menunjukan bahwa pemilik terdahulunya adalah bangsawan atau orang berada)
Sebelum akhirnya turun ke lokasi untuk ngeliat bentuk kura
secara langsung, kami menghadiri semacam kuliah atau pemaparan tentang kota
Kitakata yang udah aku ceritain juga disini. Yang jelas pemerintah tata kotanya
sendiri emang keren banget, masyarakatnya juga ngedukung penuh proyek-proyek
yang dikerjakan sama pemerintah karena emang sistemnya transparan banget dan
mereka (pemerintah bersama masyarakat) punya tujuan yang sama: pengen kotanya jadi bagus dan menarik
wisatawan untuk datang berkunjung. Makanya, untuk kesekian kalinya salut
banget nget nget nget!!
(mendengarkan pemaparan dari volunteer tentang sejarah Kura)
(suasana di dalam Kura)
(beberapa barang yang di display di dalam kura, jadi kayak museum gitu deh)
(ruang pertemuan dengan lantai tatami, keren yah?)
(taman di depan ruang pertemuan di atas)
(Bunga Tulip!)
Penduduk kota Kitakata punya misi untuk mematahkan
perspektif bahwa kota mereka tidak aman, dalam artian kalo kita liat lagi ke
belakang tentang tragedi bocornya Nuklir di Fukushimah akibat gempa hebat di tahun
2011. Padahal Kitakata merupakan penghasil Asparagus terbesar di Jepang dan
karena tragedi tersebut mereka agak susah untuk mendistribusikan hasil
pertanian mereka. Melalui program ini dan juga program yang mereka miliki yaitu
“Green Tourism” mereka ingin menghidupkan kembali kepercayaan yang sempat
hilang sebelumnya. I think this is a very good method to find attention again
from people.
Kegiatan hari itu diakhiri dengan chcek in di Yamagataya
Hotel, sebuah hotel tradisional Jepang yang menyuguhkan onsen sebagai salah
satu pelayannya. FYI, Kitakata terkenal dengan 4 hal yaitu: Asparagus, Ramen,
Sake dan Hot Springs. Berhubung lagi di Jepang dan nggak tau bakal baliknya kapan,
jadi kudu nyobain onsen (baca: onseng). Beberapa temen ada yang nggak kepengen
tapi banyak juga yang nyoba (termasuk saya haha). Onsen merupakan tempat
pemandian air panas yang sangat populer dan melekat di budaya orang Jepang
sejak zama dulu kala. Di hotel Yamagataya, pemandian air panas pria dan wanita
dipisah dengan perbedaan warna kain pada pintu masuk. Untuk pria, di depan
onsen nya ada kain yang berwarna biru sedangkan untuk wanita berwarna merah.
Setiap 4 jam sekali onsen pria dan wanita dituker dengan alasan yang simple
banget: biar nggak bosen sama suasana
yang itu-itu aja katanya hmmmm.
Tata cara untuk menikmati onsen ini juga cukup unik dan agak
tabu untuk orang asia dengan kultur timur kayak kita, dan mungkin menjadi salah
satu alasan kenapa banyak temen yang males nyobain: ketika masuk kedalam onsen
kita tidak boleh memakai selembar kainpun. Gitu. Jadi pas masuk ke area onsen
pasti sebelumnya bakal ada tempat ganti yang terbuka, nggak ada bilik2 gitu
buat ganti jadi ya main buka2 aja terus masuk ke dalam area onsennya pake
handuk gitu. Sebelum nyebur ke hot spring kita kudu bilas badan dulu
bersih-bersih di pinggiran onsen (udah disediain tempat untuk mandi lengkap
dengan shower, sabun, shampoo, dan perlengkapan untuk mandi yang akunya main
pake-pake aja hehe) habis itu baru deh boleh nyebur. Wih, rasanya asik banget.
Tidur malem jadi pules. Fresh deh pokoknya.
Banyak pertanyaan kenapa kudu ngelepas semua pakaian waktu
berendam di onsen dan harus ngebilas badan dulu sebelum nyebur, simpel sih
alasannya: sebelum nyebur emang harus bilas badan dulu karena mereka nggak
pengen hot springnya kotor berhubung yang make’kan banyak.
Jadi hari ke tiga di Jepang ditutup dengan pengalaman ber-onsen
ria hehehehe :p
Komentar
Posting Komentar