Bertandang ke Desa Budaya Pampang

Sebagai orang lokal agak aneh rasanya ketika ngeliat ada temen yang tinggal di luar kota malah sudah pernah mengunjungi Desa Budaya Pampang yang teryata tersohor di kalangan para pejalan dalam dan bahkan luar negeri. Hal ini yang akhirnya bikin saya berniat untuk mengunjungi lokasi-lokasi budaya dan kekayaan lokal yang sekiranya patut dikunjungi, dijaga dan disebarluaskan keberadaannya. Nah, setelah browse di internet ternyata waktu tempuh dari pusat kota Samarinda ke Desa Budaya Pampang hanya memakan waktu sekitar 30-45 menit. 


The best day to visit it is hari minggu. Kenapa? karena hanya pada hari Minggu lah tarian-tarian tradisional dari suku Dayak Kenyah akan dipertunjukan. Tarian-tarian tradisional tersebut hanya akan berlangsung selama 1 jam dan akan dimulai dari jam 2 hingga jam 3 siang. Selama 1 jam tersebut ada 10 tarian yang akan ditampilkan. Berikut nama-nama tarian yang sempat saya catat:

  • Kancet Lasan Laki, yaitu tarian tentang persahabatan.
  • Kancet Nyelama Sakai, yaitu tarian untuk menyambut tamu
  • Kancet Lasan Leto, yaitu tarian mengenai ramah tamah untuk mempererat persaudaraan.
  • Kancet Ajai Pilin, yaitu taian tentang perjuangan.
  • Kancet Tebenang Madang, yaitu tarian Enggang terbang yang direpresantasikan sebagai simbol perdamaian.
  • Kancet Pamong Tawai, yaitu tarian satu hati, satu pikiran dan satu tujuan.
  • Kancet Anyam Tali, yaitu tarian persatuan. Tarian ini menggunakan properti berupa kain berwarna-warni dimana gerakan-gerakan dari tarian tersebut akan membentuk kain-kain tersebut menjadi anyaman. Tarian ini juga memiliki arti bahwa walaupun kita berasal dari tempat yang berberda-beda tetapi sebenarnya kita tetap satu jua.
  • Kancet Udo Aban, yaitu tarian topeng yang pada zaman dahulu digunakan oleh suku Dayak Kenyah untuk mengusir hama dan roh-roh jahat agar hasil panen dapat melimpah.
  • Kancet Pampaga, yaitu tarian yang biasa dilakukan sebelum memetik hasil panen.
  • Terakhir adalah Kancet Leleng atau tarian perpisahan. 
Tarian-tarian tersebut ditampilkan oleh para penari dari berbagai usia, dari kalangan anak-anak kecil hingga orang dewasa, di beberapa tarian bahkan pegunjung diajak untuk berpartisipasi seperti pada Kancet Anyam Tali dan Kancet Pampaga. Saya sendiri kagum sekali dengan suara instrumen Sampe’, salah satu instrumen tradisional yang biasa dimainkan oleh suku Dayak, mirip dengan gitar sih sebenernya tapi suara yang dihasilkan nggak kalah kerenlah, lebih magis malah haha

 (sampe' yang dimainkan dengan syahdu)

Untuk tiket masuknya sendiri perorang dikenakan sebanyak 15.000 rupiah. Setelah menonton pertunjukan tari, penonton boleh berfoto bersama dengan para penari secara gratis sedangkan jika mau berfoto dengan orang Dayak yang bertelinga panjang dikenakan biaya sebanyak 20.000 rupiah - 35.000 rupiah. Disekitar Lamin (rumah ada suku Dayak) yang digunakan sebagai tempat pertunjukan ada beberapa stand yang menjual berbagai pernak-pernik khas suku Dayak Kenyah.

Yang kurang dari tempat ini adalah “lagi-lagi” akses untuk menuju ke lokasi yang belum memadai. Jalan masuk menuju Desa Budaya Pampang banyak yang bolong dan belum diperbaiki, harapan kedepannya sih semoga pemerintah dapat segera menanggulangi masalah ini. Selain itu Desa Budaya Pampang juga perlu untuk dipugar agar tampilannya lebih fresh.

Overall, saya suka sama pertunjukan tarinya juga alat musik sampe’nya hehe. Well, worth it banget lah berkunjung kesini. Akhirnya saya bisa tau lebih banyak mengenai suku Dayak Kenyah yang cuman ada di Kalimantan Timur itu. So, make sure guys for visit this place on your next trip in East Borneo!!

Note :
  •  saya nggak tau itu nama tariannya bener apa nggak ejaannya, berhubung hanya mengandalkan pendengaran yang pas-pasan, itu juga udah penuh konsetrasi banget ngedengerinnya. Jadi maaf ya kalau ada salah. Kritik dan saran ditunggu hehe
  • sehabis pertunjukan biasanya banyak anak-anak kecil yang tadi menari mendatangi pengunjung untuk meminta uang sangu, terserah anda mau memberi atau tidak. Tapi jika anda tidak ingin memberi, sebaiknya persiapkan alasan yang tepat untuk menolak secara halus hehe
  •  make sure to bring your best camera, pencahayaan di Lamin agak kurang bagus. Jadi kalau ngambil pakai kamera HP kadang nggak maksimal
  • sepulang dari sini bisa mampir ke Air Terjun Tanah Merah dan Kebun Raya Samarinda. Asik kan? So tunggu apa lagi? *wink (kayak di iklan-iklan) :))

 (rumah adat yang ada di kawasan Tanah Merah)

 (Air Terjun Tanah Merah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan : Merayakan Kelulusan

The First Country: Travel Around The World (Part 1)

Day 2 : From Tokyo To Sendai