Vietnam in 11 Days
Setibanya di pintu kedatangan
Noi Bai International Airport (NIA) di Ha Noi, aku langsung menukar 200 USD ke
Dong, mata uang Vietnam. Kalo nggak salah dapat sekitar 4 jutaan Dong waktu
itu. Setelahnya langsung aku pakai untuk beli paket data selama 7 hari dan
sisanya untuk bekal selama perjalanan 11 hari ke depan. Anw, kali ini aku pergi
sendiri lagi hehe
Sejujur-jujurnya menyiapkan
rencana perjalanan selama di site itu susah banget, soalnya akses internet udah
kayak taboo gitu. Mau research pas jam kantor bawaannya kayak dimata-matain,
“masa jam kantor liat-liat penginapan dan baca artikel perjalanan”. Jadilah pas
di Bandara NIA baru search gimana caranya menuju ke Old Quarter Area
(keterlaluan sih emang!). Waktu itu aku naik bus nomer 86, dari pintu
kedatangan ntar belok kiri terus nyebarang sekali. Nah ntar tunggu aja busnya
lewat. Biayanya 30.000 VND atau setara Rp 18.000,00 waktu itu. Perjalanan
kurang lebih ditempuh selama 30-45 menit, nanti kondekturnya nanya ke kita mau
turun dimana dan akan diingetin sama doi pas udah mau sampai. Busnya nyaman
sih, macam Transjakarta. Btw, di dalam bus aku kenalan sama orang Indonesia,
namanya Mbak Endah. Beliau sudah beberapa kali berpelesir ke Vietnam, selama
perjalanan Beliau share berbagai tips dan tricks travelling di Vietnam (dalam
hati diriku bersyukur karena kurang research).
(Suasana di dalam bus ke Old Quarter Area)
Btw, aku berangkat ke Vietnam
pada akhir bulan Maret (2019). Pada saat itu sedang berlangsung peralihan musim
dari musim dingin ke musim semi. Makanya pas mau landing, area landingnya
ketutup sama kabut gitu. Kirain polusi ternyata transisi musim. Sampai ke area
Old Quarter juga masih berasa dinginnya. Jadi ya cuaca lumayan cerah (langit
nggak biru) tapi hawanya dingin gitu. Udah gitu pas baru sampai langsung diajak
sama Mbak Endah untuk makan es krim dulu (macam es krim hitsnya Ha Noi gitu),
harganya sebelas dua belas sama tiket bus tadi. Seperti biasa aku stay di
Female Dorm tapi so far kualitasnya menjadi salah satu yang paling aku suka
karena kamar mandinya luas dan letaknya di dalam kamar, fasilitas di dalamnya
juga lengkap terus sekamar cuman ada 6 bed which is nggak rame-rame banget.
Harganya 60an ribu per malam dan sudah termasuk sama breakfast. Mantep nggak
tuh?
(Kabut sebelum landing)
(Kabut ke arah Old Quarter Area)
(Makan es krim hits bareng Mbak Endah)
(Makan es krim hits bareng Mbak Endah)
Jadi 11 hari di Vietnam bakal
kemana aja nih? I told you before that I don’t have so much preparation for
this trip but one thing that I know is my trip will be from North to the South.
Main Routenya adalah dari Ha Noi aku bakal ngelanjutin ke Ha Long Bay (cruising
selama 2D1N) terus balik ke Ha Noi buat explore area Old Quarter setelah itu ke
Hoi An (kind of an old culture town gitu) untuk kemudian balik ke Da Nang (because
I am super curious with that one Golden Bridge which famous in Instagram) dan
mengakhiri perjalanan di Ho Chi Minh (I don’t really know what is in there tho,
but let’s just visit it hehe)
(Peta Vietnam)
Ha
Long Bay (Day 2 to 3)
(View Ha Long Bay dari Hang Sung Sot Cave)
Sejauh ini Ha Long Bay masih
memegang rekor trip termahal aku karena untuk crusing selama 2 hari 1 malam aku
bayar 1.8 juta. Tapiiiiiiii…… I love the place. Emang magnificent banget sih,
padahal langit ketutup awan loh, bayangin kalo biru, viewnya bakal gimana itu? Pengen
ngajak Mama sama Bapak ke sini rasanya. Waktu itu aku pesen turnya lewat
booking.com, sama agensinya akan dijemput di tempat penginapan masing-masing
selama masih berada di area Old Quarter kalo nggak salah. Jumlah peserta turnya
terdiri dari 11 orang, which is menurut aku bagus karena akan lebih memudahkan
untuk guidenya memanage kita selama perjalanan (you wish! Haha). 11 orang itu
terdiri dari 1 orang Indonesia (aku doang tentunya), 1 orang Polandia, 2 orang
Vietnam yang jadi hostnya 4 orang German serta 3 orang India. Jadi tur mahal
gitu fasilitasnya gimana? Agendanya apa aja?
Fasilitas:
- Karena udah booking, jadi kita dapat transportasi pergi dari dan kembali ke Ha Noi secara gratis dengan menggunakan minivan. Katanya kalo lagi on the budget bisa naik bus ke Ha Long Baynya. Btw, perjalanan kurang lebih 3-4 jam karena mampir dulu ke sebuah panti yang diisi oleh orang difabel. Banyak banget artworknya di sini.
- Berhubung perserta turnya nggak banyak, kapal kami tidak begitu besar. Tapi menurutku ranjangnya kegedean buat aku yang sendirian haha, kamar mandinya include btw
- Semua makanan 3 kali sehari disediakan oleh koki kapal dan awaknya.
Agenda:
- Muter-muter cruising di Ha Long Bay tentunya,
- Kayaking (it’s my first time btw, I love it!),
- Berkunjung ke Hang Sung Sot Cave, salah satu gua tercantik yang dimiliki sama Vietnam kata guidenya,
- Main ke Tip Top Island (view dari puncak bukitnya ajib, walaupun naiknya begitu menguras tenaga),
- Melihat peternakan mutiara (pearl farm),
- Terus belajar bikin spring roll ala Vietnam juga.
(Fasilitas kamar selama cruising)
(Fasilitas kamar selama cruising)
(Fasilitas kamar selama cruising)
(Fasilitas resto selama cruising)
(Antrian masuk ke Hang Sung Sot)
(Stalaktit dan stalagmit di dalam Hang Sung Sot)
(View dari atas bukit Tip Top Island)
(View dari Tip Top Island)
(Tip Top Island)
(Pedagang apung menghampiri kapal)
Tips: if you are in a budget,
you can directly book the trip from Old Quarter Area, there are a bunch of
stall there which I believe will be much cheaper. Don’t forget to bring several
bottle of mineral water because apparently they will charge you for some extra
beverages when you are in the cruise.
Sebelum berangkat aku sempat
baca beberapa artikel yang bilang kalo di Vietnam itu suka banyak scheming
gitu. Salah satunya ya beverages di atas, terus pas mo balik ke Ha Noi kita
juga ditawarin untuk lewat jalan tol. Masing-masing orang disuruh bayar 100
Dong. Pas aku perhatiin, kami ngelewatin 4 pintu tol, biayanya cuman 400an
Dong. Dalam hati cuman bisa bzzztttttt
Ha
Noi (Day 3 to 5)
Back in Ha Noi, langsung tepar
karena sebelum sampai Vietnam aku lembur 2 minggu terus pas nyampe Jakarta main
sampai malam sedangkan pesawat aku jam 5 pagi keesokan harinya. Jadilah dari
Kosan Mbak Nunik (temen sekantor) berangkat jam 2 pagi, udah gitu selama di Ha
Long Bay kerjanya naik bukit sama nyerok air (Kayaking). Gimana nggak langsung
drop coba kan? Malam itu aku memaksakan diri untuk mandi biar seger karena
tidak ingin mati lemes dan kelaparan hehe. Setelahnya aku nyari KFC di google maps
yang ternyata deket sama penginapan, lokasinya di dekat Hoa Liem Lake (I used
to saw this in the tv show tho, now I can see it directly. Rame beneerrrrr!)
(Area sekitar Hoa Liem Lake pada malam hari)
(Area sekitar Hoa Liem Lake pada siang hari)
(Hoa Liem Lake)
Besoknya pas sarapan ketemu
sama Milly (Germany) dan akhirnya memutuskan untuk barengan ikut tur gratis di
sekitaran Old Quarter. Sayang turnya hanya buka di hari-hari tertentu, jadilah
kita muter-muter sendiri. Dari takjub ngeliat ada tap water di depan mall
(nggak rame sih) sampai menghadiri acara pernikahan di Gereja yang nggak
sengaja kita lewatin (lokasinya di belakang mall tadi). Berdua dengan Milly
nggak ngerti sama sekali sama apa yang diomongin orang di altar, but we did
enjoy the performances. May the couple live life happily ever after! Awwww :3
(Seorang Ibu sedang mengisi air di Tap Water)
(Milly (baju hitam) diundang masuk menghadiri pesta pernikahan)
(Bersama Milly menghadiri pesta pernikahan)
Setelah itu aku sama Milly
balik ke Hostel dan ketemu dengan Iga (South Africa). Bertiga kita memutuskan
untuk ke St. Joseph’s Cathedral dan Train Street. St. Joseph Catedral ini
adalah sebuah gereja katolik yang bernuansa Gotik dan menjadi gereja tertua di
Ha Noi dimana Gereja ini selesai dibangun pada tahun 1886 ketika Perancis masih
berkuasa. Saat ini, Gereja tersebut dibuka untuk umum setelah sebelumnya pernah
ditutup karena perang sampai tahun 1990. Btw, ketika masuk harap membuka topi
ya teman-teman. Aku sendiri suka dengan arsitekturnya karena konon katanya
dibuat mirip dengan Notre Dame de Paris. Jadi pengen ke Paris biar bisa lihat
aslinya gimana hehe
(St. Joshep Catedral)
Setelah muter-muter di dekat
Gereja (banyak sudut-sudut dan café yang lucu di sini) kami melanjutkan
perjalan ke Train Street dengan berjalan kaki. Ternyata jauh juga men, lumayan
sih buat olahraga sebenernya. Waktu sampai, salah satu orang lokal yang lewat
bilang kalau sebentar lagi keretanya akan lewat. Jadi dalam sehari keretanya
itu bakal lewat beberapa kali (ada jadwalnya sih ditempel di beberapa dinding
rumah warga). Kereta tersebut bertolak dari Ho Chi Minh. Gila jauh banget ya,
nggak tau bawa apaan sebenernya kereta tersebut. Anw, Train Street pada
dasarnya adalah jalur kereta dimana di kanan dan kirinya berjejer rumah-rumah
warga macam di Tanah Abang. Hanya saja, rumah-rumah warga tersebut disulap
menjadi berbagai café dan restaurant karena somehow banyak orang yang tertarik
dan suka dengan pemandangan yang terlihat saat kereta tersebut lewat diantara
rumah-rumah warga. It’s just like really close to us and when I saw it
directly, it was kind of an interesting but fun experience tho, karena
sebenarnya di Jakarta hampir tiap hari banyak orang termasuk aku mengalami hal
ini. Hal-hal seperti ini sih yang bikin aku tertarik dengan dunia pariwisata
dan infrastuktur. Bagaimana seseorang atau sebuah komunitas bisa membuat dan
menemukan sesuatu yang sederhana namun menarik untuk dijual. Secara tidak
langsung, pemandangan yang sederhana ini dapat memberikan keuntungan terhadap
warga yang tinggal disekitarnya. A super interesting stuff to learn about
actually.
(Salah satu spot untuk menunggu kereta lewat)
(Wisatawan berfoto di rel kereta)
(Jadwal Kereta)
Dari Train Street aku balik ke
Old Quarter karena sudah janjian dengan Roman, temen kerja yang juga lagi
travelling di Vietnam dengan temen-temennya. Btw, selama di Vietnam kalau jarak
tempat yang pengen aku kunjungin agak jauh, aku sukanya naik Grab. Murah dan
nyaman sih menurutku, language barrier nggak begitu menghalangi juga. Sekalian
mengobati kerinduan akan Indonesia dengan naik ojol (ojek online). Btw, udah
ada Gojek juga loh, kalo di Vietnam namanya Go-Viet. Bangga aku tu hehe
(Grab in Vietnam)
Anw, bersama Roman dan 2
temennya kita memutuskan untuk ke Hỏa
Lò Prison yang artinya adalah Hell’s hole karena tahanan yang ditempatkan di sini
itu benar-benar disiksa sejadi-jadinya dah. Nggak kuat sih sebenernya untuk
diceritain. But still if you want to learn about how Vietnamese fighting
against the colonialism which is kayak masih baru banget dari oven ceritanya,
kalian kudu banget berkunjung ke sini. Tiketnya juga murah, sekitar 35.000 Dong
untuk satu orang.
Berhubung
hari itu aku masih tahap pemulihan dari kelelahan akibat aktivitas di hari
sebelumnya, akhirnya aku pamit balik duluan dari Roman dan kawan-kawan.
Malamnya aku ketemuan lagi sama Mbak Endah. Doi baru balik dari Ha Long Bay.
Kita memutuskan untuk makan malam. Di Ha Noi sendiri, nyari makanan halal itu
sangat sangat sulit. Jadi kalo memang kalian ke sini dan takut kemakan babi or
anything yang tidak halal saranku sih bawa persediaan makanan sendiri kayak mie
instant dan abon.
(Hoa Lo Prison Ticket)
(Hoa Lo Prison)
(Run into a night market during looking for dinner with Mbak Endah)
Hoi An (Day 5 to 7)
Pagi-pagi
buta di hari ke 5 aku pesan grab ke stasiun bus yang menuju ke Bandara. Hampir
nyasar karena si Abang ojol bahasa inggirsnya limited, tapi akhirnya sampai
juga hehe. Hari itu aku terbang ke Da Nang dengan Vietnam Airlines, perjalanan
di tempuh sekitar 1 jam. Sesampainya di pintu kedatangan di Da Nang Airport aku
ditawarin banyak supir taksi untuk menuju ke Hoi An. Tapi kok tarifnya
mahal-mahal ya? Padahal pas baca-baca ada yang bilang bisa langsung naik bus
dari Airport ke Hoi An dengan tarif 20.000 Dong saja. Hmmm setelah dibaca
kembali ternyata harus naik ojol dulu guys. Jadilah aku jalan kaki ke luar
airport. Terus langsung dikerumunin lagi sama driver ojol. Tapi kemudian aku
lebih milih pakai apps dari pada langsung booking biar lebih pasti arah dan
harganya. Tujuan aku adalah ke Terminal Bus Da Nang. Di terminal bus, kalian
bisa cari bus yang tua banget warnanya kuning dan tulisan di depannya Hoi An.
Biasanya mereka ngetem dulu buat nunggu penumpang. Pas nunggu di dalam bus, berkali-kali
aku nanya ke sesama penumpang yang orang lokal apa benar ini rute busnya ke Hoi
An, habisan seperti kurang proper mengingat Hoi An adalah salah satu destinasi
andalan di Vietnam. Udah gitu aku sendirian orang asing di dalam bus, jadi kalo
nyasar nggak punya temen haha. Tapi setelah jalan beberapa menit dari arah
berlawanan, aku ngeliat bus yang sama dimana banyak penumpangnya adalah Bule.
Dalam hati bersyukur ternyata naik bus yang benar hehe. Perjalanan ke Hoi An
kurang lebih 45 menit sampai 1 jam. Naik bus ini adalah opsi paling murah,
kalau mau nggak ribet bisa naik taksi yang ada di Bandara tadi, aku liat banyak
juga yang naik ini tapi ya gitu biayanya jelas lebih mahal. Kalo datangnya
rombongan bisa dijadiin pilihan sih.
(A selfie while taking Grab to Da Nang Bus Station)
(Da Nang Bus Station)
(Bus to Hoi An)
(Inside the Bus to Hoi An)
Sesampainya
di stasiun bus Hoi An aku pesen grab lagi buat ke Villa tempat aku nginap
selama 3 hari 2 malam. Jadi di Hoi An itu tempat nginapnya banyakan Villa dan
murah-murah juga, udah gitu seringnya di tiap Villa punya fasilitas peminjaman sepeda
gratis, termasuk di tempat aku nginap ini. Sebenarnya aku stay di kamar yang
mix dorm gitu karena agak susah nyari yang khusus female dorm di Hoi An, tapi
sepertinya karena pemilik villa tau aku muslim jadilah aku dipindahin kamar ke
yang sekamar berdua. Kamarnya gede banget dan kamar mandinya di dalam. Aku langsung
itung-itung budget in case nanti harganya naik, eh pas check-out nggak ada
penambahan biaya dong. Baik bangetlah si Mbak (peluuukkk) huhuhu
(Hoi An Bus Station)
(Moved to double room)
(Taking picture of the lock of the bicycle)
Ngomong-ngomong
Hoi An adalah sebuah kota tua yang sudah ada sejak abad ke 15 dan sangat well
preserved kalo kata Wikipedia. Hoi An sendirinya artinya “peaceful meeting
place”, setuju sih. Emang tempatnya kind of comfy gitu walau menurut aku,
Penang still much better hehe. Di Hoi An ada banyak museum tapi somehow aku
tidak begitu tertarik untuk masuk ke dalam. Sebenarnya yang paling aku
penasaran adalah jembatan yang dibuat oleh orang Jepang. Konon Jembatan
tersebut berfungsi sebagai penyambung antara Hoi Pho (Seaside Town, nama lama
Hoi An) dengan tempat tinggal orang-orang jepang pada saat itu. Karena pas mau
masuk kerumunan orangnya rame bener, jadi diriku lebih memilih keliling kota
naik sepeda hehe
Arsitekturnya
sendiri dipangaruhi oleh banyak gaya, dari china, eropa sampai jepang tentunya.
Gang-gangnya sempit dan kotanya berada di pinggir sungai jadi banyak yang
menyewakan semacam long boat untuk menikmati pemandangan Hoi An dari river side.
Selain beberapa museum, kotanya juga diisi oleh banyak pertokoan dan café.
Cafenya lucu-lucu btw. Sore menjelang malam lampu dan lampion warna-warni terlihat
mulai menghiasi kota. Seketika kotanya berubah menjadi kota lampu yang cantik.
Jadi inget film Spirited Away walaupun beda background tapi masih relevanlah
hehe
(Hoi An)
(Hoi An)
(Hoi An)
(Hoi An)
(Hoi An)
Terus
di Hoi An ada apa aja nih? Nggak jauh dari Hoi An ada temple peninggalan Hindu
yang namanya My Son Champs (Red – mi san champs), cuman aku memilih untuk tidak
ke sana. Instead aku ke Pantai. Pantainya punya pasir putih, namanya Bien An
Bang. Jalan menuju ke pantai bikin aku berasa lagi di Bali karena di kanan dan
kiri jalan berjejer sawah-sawah. In fact, Vietnam menjadi salah satu negara di
Asia Tenggara yang menjadi penghasil beras terbesar pada saat ini.
(Bien An Bang)
(Bien An Bang and my bare foot)
Da Nang (Day 7 to 9)
Aku
sebenarnya tidak berencana ke Da Nang karena belum begitu familiar dengan nama
kotanya, jadi tentu saja tidak tau apakah ada yang menarik di kota ini. Sampai
sebelum berangkat, aku cerita-cerita dengan Roman kalau ada sebuah jembatan
yang sangat terkenal di Da Nang. Lokasinya di Ba Na Hills, semacam taman
hiburan tapi lokasinya di atas bukit. Setelah lihat di Instagram kok ya bikin
penasaran ya si jembatan yang ditopang oleh dua tangan ini. Jadilah aku memutuskan
untuk stay 3 hari di Da Nang tanpa banyak ekspektasi.
Da
Nang sendiri merupakan sebuah kota maju yang rapih menurutku ketimbang Ha Noi
sebagai Ibu Kota Negara (I was kind of surprise actually). Transportasinya
lumayan nyaman, jalannya luas dan bersih. Gedung-gedungnya rapi. Lokasinya juga
tepat di pinggir pantai bikin vibes kotanya jadi nyaman banget. Anw, banyak
banget wisatawan dari korea selatan di sini, sampai ada direct flightnya dong
dari dan ke Korea Selatan. Dimana-mana banyak toko yang namanya pakai tulisan
korea, menu di restaurant dan tempat makan di pinggir jalan juga menyediakan
option pakai bahasa korea. In other words, Da Nang adalah a new korean town.
Jadi jangan kaget kalau kamu ke sini tapi berasa lagi di Korsel. Kata salah
satu teman, Dosennya di kampus menyarankan kalau mau melihat wajah Vietnam, Da
Nang kudu banget dimasukin ke list. Hmm interesting, mungkin maksudnya wajah
majunya Vietnam kali ya.
(Da Nang)
(Da Nang)
(Da Nang)
Jadi
gimana Ba Na Hills? Aku booking trip ke Ba Na Hills via Traveloka dan dapat
guide yang sama dengan Roman dkk (Mbak Dao namanya, seumuran aku sih hehe).
Oleh penyedia turnya dijemput langsung ke tempat menginap masing-masing sama
seperti trip yang di Ha Long Bay sebelumnya. Surprisenya adalah peserta turnya
90 persen orang lokal. Orang asingnya waktu itu cuman aku dan satu bule orang
Inggris, jadi guidenya lebih banyak ngomong pakai Bahasa Vietnam. Sesampainya
di Ba Na Hills, semuanya diurus oleh guide. Jadi kita tinggal nunggu dibagiin
tiket masuk dan mengikuti arahan dari guide. Seperti yang aku bilang
sebelumnya, Ba Na Hills ini lokasinya ada di atas bukit, jadi kita harus naik
cable car. Apparently cable car ini adalah salah satu yang terpanjang di dunia
(they say it’s around 5 km for each line), begitu juga jarak antar bentang
tiang dan ketinggiannya. Semua pernah memecahkan rekor. Pantes aja pas di dalamnya
kayak nggak nyampe-nyampe gitu loh. Serunya adalah aku penasaran gimana mereka naruh
tiang-tiang cable car tersebut di medan yang begitu susah (literally dibalut
hutan dan bebatuan). Jiwa konstruksi aing diuji di sini sebenarnya.
(Ba Na Hills Ticket)
(Cable Car in Ba Na Hills)
(Flower Garden in Ba Na Hills)
(Dance Performance in Ba Na Hills)
(Roller Coaster Ride in Ba Na Hills)
(The famous hand bridge)
(The famous hand bridge)
(View of Da Nang City)
Ba
Na Hills literally taman hiburan. Dari wahana permainan, festival tari, taman
sampai hotel ada di sini. Lokasinya yang ada di atas bukit bikin kita bisa
menikmati pemandangan kota Da Nang. Btw, sodara-sodara tempatnya dingin so
prepare your jacket. Jadi apakah diriku sudah melihat jembatan yang terkenal
itu? Ku akui idenya begitu menarik. Tidak sebesar yang aku bayangkan – sangat
ramai tentunya karena menjadi main attraction tapi cukup menambah insight. Nama
Ba Na Hills sendiri terinspirasi dari Banana dimana dulunya adalah bukit yang
ditumbuhi oleh banyak pohon pisang (some still there actually). Apakah worth
it? I will say yes. Tempat ini cocok untuk orang-orang yang suka ke taman
hiburan.
Di
Da Nang, aku juga nemu satu kedai yang sampai sekarang bikin aku kangen
Vietnam. Terlepas dari kerennya Ha Long Bay, cantiknya Hoi An pas malam dan
serunya main di Ba Na Hills, I love this place the most. Malam pertama di Da
Nang seorang teman sekamar yang berasal dari South Africa mengajak makan malam,
then I try to explain to her that I can’t eat anything that related to pork
lalu kemudian dia bilang “we will go to a vegan resto. It is really good and
also cheap”. Guys, believe me the taste of the food is really good. I eat their
spring rolls, their pasta, their noodles. Everything is sooooooooo good. Nama
kedainya Bao An Macrobiotic Restaurant. Aku selalu merekomendasikan kedai ini
ke semua orang yang stay di Da Nang. They just that good. Like seriously.
Sebuah pengalaman pertama makan di kedai vegan and I am falling in love (tapi nggak
bikin aku berpaling dari makan daging juga sih haha). Serius hari dimana aku
harus terbang ke Ho Chi Minh sebenarnya sangat berat karena aku pengen banget lebih
lama makan di kedai ini. Mungkin karena nyari makanan halal selama di Vietnam
begitu susahnya jadi pas nemu kedai ini berasa sangat tertolong gitu. I just
wish that this restaurant is popping up everywhere. Once again guys, if you are
in town make sure to eat in here! They always change the main menu every day.
Definitely deserve to get the highest star! Just writing about it already make
me this happy tho (crying huhuhu)
(Favorite Resto in Town)
(Favorite Resto in Town)
(Favorite food in Town)
(Favorite food in Town)
Ho Chi Minh (Day 9 to 11)
Untuk
menuju ke Ho Chi Minh aku memutuskan untuk naik pesawat dengan maskapai Jetstar.
Karena setelah aku hitung-hitung ternyata lebih worth it naik pesawat ketimbang
naik bus atau kereta dengan range harga yang kurang lebih sama, di case ini
bisa jadi lebih hemat waktu buat aku. Sesampainya di Bandara aku nanya ke orang
lokal rute bus ke arah penginapan yang lokasinya dekat dengan Backpacker Street
dan lagi-lagi diarahkan naik bus warna kuning. Busnya bukan bus tua macam di
Hoi An melainkan bus kayak Transjakarta. Jadi Ho Chi Minh ini menurutku sudah
mirip seperti Jakarta. Walaupun kotanya besar masih enak untuk dinikmati dengan
berjalan kaki. Makanan halal akhirnya lumayan banyak juga ditemukan. In fact
banyak penjual di Ho Chi Min yang bisa berbahasa melayu karena ternyata banyak
orang Malaysia yang suka berbelanja di sini. Di Ho Chi Minh aku kenalan sama
Mariel dan Kelly dari USA. Bareng mereka aku nyobain shawarma sambil dikenalin
sama temen cowok mereka yang aku lupa namanya huhu. Si cowok ini berprofesi
sebagai fotografer dan sudah backpacking selama 2 tahun. Mungkin sampai tulisan
ini dibuat juga doi belum pulang karena katanya masih akan melanjutkan
perjalanan selama 2.5 tahun ke depan dari saat aku ketemu tahun lalu.
Di
Ho Chi Minh aku hanya ke Saigon Central Post Office, War Remnants Museum,
ngeliat Independent Palace dari luar sama belanja di Ben Thanh Market. Kalau
kalian suka vibes toko buku, dari Saigon Central Post Office kalian bisa jalan
ke kanan nanti kalian bakal ketemu satu jalan yang di kanan dan kirinya
berjejer toko buku dan coffee shop, nama jalannya Ho Chi Minh City’s Book
Street. Buku yang dijual macam-macam tapi tentu saja yang dijual lebih banyak
yang berbahasa Vietnam. Nah kalau kalian ke Saigon Central Post Office, tepat
di depannya juga kalian bisa ke Notre Dame Cathedral of Saigon. Tahun lalu sih
masih dalam tahap renovasi jadi nggak bisa masuk dan ada banyak hal yang bisa
dikunjungi sebenarnya selama di Ho Chi Minh. Apalah daya, aku nggak sengaja
ketemu dengan 3 teman India yang setur waktu di Ha Long Bay. Jadilah kita
menghabiskan uang jajan kita dengan berbelanja ria di Ben Than Market. Bareng
mereka juga aku ditraktir makan makanan India di Backpacker Street (again vegan
food everyone).
(Ho Chi Minh)
(Ben Thanh Market)
(After eating Indian Food for the first time with the Ha Long Bay Gang)
(Notre Dame Chatedral of Saigon)
(Saigon Central Post Office)
(Ho Chi Minh City's Book Street)
(War Remnants Museum)
(War Remnants Museum)
(Eating ice cream in a cute café around Backpacker Street)
Ada
beberapa tempat sebenarnya yang pengen aku kunjungin kayak Nguyen Hue Walking
Street (that famous building with a bunch of stores and café facing to the
street?), Cu Chi Tunnel dan Saigon Sky Deck. If I have the opportunity, I will be
coming back for them later on Insha Allah
Anw,
sebagai info kalau kalian mau makan dengan banyak pilihan menu halal bisa cek
ke Halal Street, lokasinya ada di dekat Ben Thanh Market terus ada beberapa
vegan restaurant juga di Backpacker Street. So make sure to check them yak.
Cost and Impression
Barusan
aku ngecek tiket dan biaya-biaya lain selama di Vietnam. Total semua selama 11
hari Rp. 6.500.000 udah sama tiket, penginapan termasuk cruising yang di Ha
Long Bay sama tiket ke Ba Na Hills dan belanja. Jadi Vietnam memang semurah itu
tahun lalu. Menurutku juga banyak hal yang bisa dipangkas sebenarnya dari trip
aku kemarin kayak biaya cruising, biaya transportasi antar kota, sama biaya
belanja-belanja yang nggak penting.
Kalo
impression, hmmm ini adalah kali pertama aku ke negara komunis. It is so normal
to see lambang palu arit but somehow I don’t feel threatened. Most of the local
people that I met were nice. Kalo nggak ke sini tahun lalu mungkin sampai
sekarang aku nggak tau kalo Vietnam itu baru aja merdeka di tahun 1975. Dengan
kondisi tersebut perkembangan negaranya lumayan bagus terlihat dari
perkembangan kota Da Nang dan Ho Chi Minh. Solo traveling di Vietnam juga
menurutku terbilang aman untuk perempuan. I think if I have another
opportunity, I will be coming back for Ha Noi and Ho Chi Minh (also wants to
take my parents to Ha Long Bay!). Oh so far menurut aku cewek Vietnam adalah
cewek tercantik dari Asia Tenggara. If you are curious? You can see with your
own eyes walaupun selera orang beda-beda sih haha
So,
setelah tidak posting apapun selama setahun. Semoga entri panjang kali ini bisa
menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca and I hope you can learn something
from this just like what I did during the travel time. Walaupun entah ada yang
baca apa nggak sih postingan ini haha. Btw, see you in another post Insha Allah
;)
(Last Day in Vietnam)
Komentar
Posting Komentar